AIR SEBAGAI SUMBER HIDUP SEHAT

Minggu, 21 Juni 2020

2 Raja-Raja 2 : 19 – 22

Jemaat Kahilin, salah satu jemaat di Klasis Wetar, terletak di atas batu karang. Jumlah mereka tidak banyak dan mata pencaharian mereka adalah berkebun dengan menanam padi ladang dan berburu di hutan, namun yang menjadi persoalan mereka adalah kesulitan air bersih. Untuk mendapatkan air minum warga harus turun ke pantai di saat air laut surut, sebab saat air laut pasang, akan menutupi sumber air tawar yang keluar dari badan batu karang dan membentuk suatu kolam kecil yang sangat dangkal. Tetapi, sumber air itu juga tercemar karena warga masyarakat menggunakannya juga untuk mandi dan mencuci pakaian, tetapi tidak merawatnya dngan baik. Terbatasnya sumber air bersih berdampak pada rendahnya tingkat kesehatan sehingga sebagian besar warga menderita berbagai macam penyakit. Persoalan jemaat Kahilin adalah juga persoalan yang dihadapi oleh penduduk kota Yerikho yaitu ancaman kematian. Sebagai seorang nabi, Elisa berupaya untuk membaharui hubungan umat dengan Tuhan, memohon pengampunan dan pemulihan dari Tuhan, sebab dia tau bahwa sumber kehidupan adalah Tuhan Allah. Dengan menggunakan garam sebagai akta penyucian, Elisa meminta Tuhan menyehatkan air tersebut dan kemudian air itu menjadi sumber air bagi kehidupan umat. Air memang sangat dibutuhkan oleh manusia, dan tanpa air tidak ada makhluk hidup yang dapat bertahan hidup. Saat ini di beberapa tempat orang mulai kesulitan mendapatkan air bersih. Hal ini dapat disebabkan karena musim kemarau yang berkepanjangan, tetapi juga karena perilaku manusia yang merusak sumber-sumber mata air, seperti penebangan pohon, penggunaan zat kimia dalam penambangan liar, tetapi juga kecendrungan manusia yang menggunakan air secara boros, tanpa memperhitungkan kebutuhan sesama ciptaan lain. Padahal tanggungjawab manusia adalah menjaga dan merawat air untuk menyelamatkan kehidupan segala makhluk.

Doa : Tuhan, bukalah sumber-sumber mata air bagi hidup kami. Amin.

Sumber : SHK Sinode GPM