Selasa, 27 Oktober 2020
Roma 12 : 1 – 2
Saya tertarik dengan sebuah artikel di internet yakni: “air laut asin rasanya, tetapi ikan yang hidup di dalam laut, tidak menjadi asin”. Memang benar, ikan di laut tidak menjadi asin, malah jika kita mau menyantapnya mesti dibumbui dengan garam supaya ada rasanya. Mengapa bisa demikian? Karena ikan mempunyai kemampuan mencegah mineral garam air laut yang meresap ke dalam tubuhnya dan dapat menyaring apa yang dibutuhkannya. Sepertinya keluarga Kristen mesti belajar dari ikan-ikan di laut. Kendatipun diutus ke tengah-tengah dunia, tetapi tidak menjadi serupa dengan dunia. Menjadi serupa dengan dunia itu antara lain: hidup yang mementingkan diri sendiri (individualis), menjadikan uang dan materi sebagai tujuan hidup (materialis), senang berfoya-foya dan berhura-hura (hedonis), dan hal lain yang mendatangkan dosa. Janganlah kita terinfeksi oleh godaan dunia yang merupakan virus yang menghancurkan kehidupan. Dalam suratnya kepada jemaat di Roma, rasul Paulus menasehati mereka, agar sikap dan laku hidup jemaat tidak menjadi sama dengan dunia ini, yaitu dengan orang yang tidak mengenal Allah. Tetapi mereka harus memberi diri dibarui oleh Roh Kudus agar mereka dapat melakukan kehendak Allah. Hal ini penting untuk kita renungkan dalam kehidupan kita di saat ini, dimana kita berhadapan dengan berbagai godaan kenikmatan dunia, yang siap menjebak dan menghancurkan hidup dan masa depan kita. Belajar dari nasehat rasul Paulus, hendaklah kita tidak menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi memberi diri dibarui oleh Roh Kudus yang akan membarui hidup kita, menuntun dan mengendalikan kita dari segala keinginan dunia yang menyesatkan. Roh Kudus-lah yang mampu mengendalikan kita untuk membedakan manakah kehendak Allah, apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.
Doa: Tuhan Yesus, jangan biarkan kami menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi baruilah hidup kami dengan Roh Kudus-Mu, Amin.
Sumber : Sinode GPM – SHK Bulan Oktober 2020