Selasa, 03 November 2020
Ester 3 : 1 – 6
Hidup dalam penguasaan diri adalah tanda dari orang yang dipimpin oleh Roh Kudus (Gal.5:23). Tetapi orang yang hidup dalam amarah dan kedengkian adalah tanda dari orang yang dikuasai oleh roh kedagingan (Gal. 5:22). Roh kedagingan adalah roh yang bersumber dari keinginan manusia yang jahat yang bertentangan dengan kehendak Tuhan, Roh yang lebih mementingkan diri sendiri dan tidak mempertimbangkan kehendak Tuhan demi kebaikan hidup bersama orang lain. Demikianlah Haman, pembesar di istana raja Persia, ketika diberi kekuasaan oleh raja Ahasyweros, ia merasa harus dihormati oleh semua orang. Bukan hanya itu, ia menuntut setiap orang harus sujud dihadapannya. Ia sangat marah dan merasa dengki kepada Mordekhai seorang pegawai berkebangsaan Yahudi di Istana raja Persia. Hal ini disebabkan karena Mordekhai satu-satunya pegawai yang tidak mau sujud kepadanya, karena keyakinan Mordekhai bahwa hanya kepada Allah Israel, dia harus berlutut dan sujud menyembah. Tetapi hal ini tidak diterima baik oleh Haman. Haman merasa Mordekhai tidak menghormatinya dan ia menjadi marah dan ingin melenyapkan Mordekhai dan seluruh bangsa Yahudi yang berada di kerajaan Persia. Di sini nampak bagi kita bahwa keangkuhan dan gila hormat, menyebabkan tidak ada penguasaan diri dan akibatnya ialah tidak dapat menerima dan mengerti orang lain, tetapi sebaliknya merencanakan dan melakukan tindak kejahatan sehingga orang lain menjadi korban. Jika kepada kita diberi kepercayaan atau kekuasaan, gunakanlah dengan baik dalam tuntunan Roh Kudus, agar jadi berguna untuk melayani banyak orang dan bukannya menyusahkan orang lain, dan kuncinya adalah penguasaan diri.
Doa: Ya Tuhan, tuntunlah kami dengan Roh-Mu supaya kami menguasai diri dan terhindar dari kejahatan. Amin.
Sumber : Sinode GPM – SHK Bulan November 2020