Minggu, 20 September 2020
Yohanes 13 : 1 – 20
Sebuah kisah menarik yang menjadi pelajaran berharga bagi setiap pribadi dalam keluarga dan juga gereja serta masyarakat, yakni: “Ada rombongan besar pendeta-pendeta Eropa yang menghadiri Konferensi Alkitab D.L. Moody di Massachusetts pada akhir tahun 1800-an. Sesuai dengan tradisi Eropa, mereka biasa menaruh sepatu di luar kamar, agar malamnya para pelayan bisa membersihkan dan menyemirnya. Mereka lupa bahwa saat itu sedang berada di Amerika, yang tidak mengenal tradisi itu. Melihat hal ini, Moody meminta bantuan beberapa siswa untuk membersihkan sepatu-sepatu itu, tapi mereka enggan. Supaya tidak mempermalukan para tamu, Moody – sang penginjil ternama itu – mengumpulkan semua sepatu lalu membersihkan dan menyemir semuanya, di dalam kamarnya. Tanpa sengaja seorang teman masuk ke kamarnya dan melihat apa yang ia lakukan. Esok paginya para tamu sudah memakai sepatu yang mengilap, tanpa tahu siapa yang membersihkannya. Moody tidak memberi tahu siapa pun. Namun, teman yang memergoki Moody memberi tahu beberapa orang sehingga selama sisa konferensi itu mereka bergantian membersihkan sepatu para tamu diam-diam”. Kisah ini mengingatkan kita bahwa manusia cenderung ingin dilayani tanpa mau melayani, demikian juga para pelayan yang cenderung hanya mau dilayani. Memang untuk merendahkan diri dan melayani sesama merupakan tindakan yang sulit, apalagi jika pelayanan terhadap sesama itu menuntut pengorbanan. Bila kita ingin mengikuti teladan Tuhan Yesus, kita harus memulai dengan menanggalkan “jubah” (kesombongan) kita dan mengenakan kasih Allah agar kita bisa “turun” untuk melayani sesama. Teladan Tuhan Yesus hendaknya menjadi teladan bagi kita untuk melakukan hal yang sama pada keluarga dan orang lain. Perbuatlah yang sama seperti yang diperbuat oleh Tuhan Yesus!
Doa: Tuhan, berikanlah kami hati seorang hamba yang mau melayani sesama, dengan penuh ketulusan. Amin.
Sumber : Sinode GPM – SHK Bulan September 2020