Kamis, 18 Juni 2020
Mikha 7 : 11 – 13
Kitab Mikha menggambarkan keadaan Israel ketika kehidupan mereka dipulihkan dari ancaman Babilonia, dan perbatasan wilayah diperluas, maka banyak orang dari Asyur dan Mesir akan datang menghadap mereka dan mereka mendiami tepian sungai, gunung, tepian laut, tetapi mereka tidak memelihara dan merawatnya, sehingga bumi menjadi tandus. Bumi yang adalah tempat berpijak bagi segala mahluk hidup, dimana disana semua makhluk saling bergantung sesuai fungsi masing-masing, tetapi manusia diberi tanggungjawab untuk mengelola dan memelihara bumi. Sangat ironis ketika bumi hanya satu, tetapi harus menampung semua mahluk hidup yang terus berkembang, terutama manusia. Peningkatan jumlah manusia berdampak pada peningkatan kebutuhan hidup yang disesuaikan dengan perkembangan zaman. Demi kebutuhan hidup, manusia merusak berbagai sistim yang telah ada sejak awal. Banyak lembah, pegunungan dan hutan-hutan serta tepian pantai diubah menjadi tempat hunian manusia. Untuk pembuatan pemukiman baru atau perluasan kota dan berbagai bangunan bertingkat, serta jalan raya, maka tanah-tanah digusur, pengeringan tepi pantai, pohonpohon ditebang, hutan dibakar sehingga tidak ada lagi daerah resapan air untuk memberi sumber air; tanah-tanah menjadi tandus dan kering sehingga tidak berguna untuk pertanian dan perkebunan; banyak hewan dan tumbuhan punah dengan terpaksa; manusia dan mahluk hidup yang lain kekurangan sumber makanan dan minuman yang alami. Penambangan pasir laut berakibat tenggelamnya pulau-pulau kecil dan merusak ekoisitem laut dan berbagai polusi. Tanpa di sadari sepertiga permukaan bumi menjadi tandus dan berpotensi menjadi padang gurun, sebab manusia tak pernah merawat bumi sebagai rumahnya.
Doa : Tuhan, ampunilah kami yang telah merusak bumi ini. Amin.
Sumber : SHK Sinode GPM