Jumat, 19 Mei 2020
Yesaya 24 : 4 – 13
Aleta Baun, atau dikenal dengan sebutan “Mama Aleta”, adalah perempuan asal Timor, yang berhasil mendapatkan beberapa penghargaan di tingkat Nasional maupun Internasional, sebagai pejuang lingkungan dan Hak asasi manusia. Tahun 2013, bertempat di San Fransisco AS, Aleta menerima penghargaan Goldman Enviromental Prize. Menurut Aleta, alam itu ibarat “tubuh manusia”; batu adalah tulang-tulangnya; air adalah darah; tanah adalah daging; hutan sebagai kulit, paru-paru dan rambut. Jadi merusak alam sama dengan merusak tubuh manusia. Aleta sangat marah ketika lingkungan alam menjadi rusak karena penambangan beberapa perusahan yang mendapat ijin pemerintah. Mereka membabat hutan Kasuari yang dulunya hijau, berubah kering kerontang dan sumber mata airpun berkurang. Bersama Piter Oematan (tua adat), Aleta melakukan demonstrasi dan menggalang dukungan, menolak penambangan marmer di wilayah tersebut. Ia berusaha keras menyadarkan masyarakat tentang pentingnya lingkungan hidup dan ancaman penambangan batu marmer bagi lingkungan sekitar. Aleta mengajak para perempuan untuk berdemonstrasi dengan menenun di cela-cela gunung batu yang hendak ditambang dan motif kain tenun yang mereka hasilkan bercerita tentang hubungan manusia dengan alam. Cerita Aleta hampir sama dengan nubuat Yesaya dalam bacaan kita, yang mengecam kejahatan manusia yang telah merusak alam ciptaan Tuhan dan menyebabkan segala makhluk menderita. Yesaya mengingatkan bahwa Tuhan Allah akan bertindak melawan para penguasa yang melanggar undangundang dan mengingkari perjanjian. Oleh sebab itu, marilah kita berjuang untuk merawat dan membela kehidupan segala makhluk. Jika ada kebijakan para penguasa yang tidak berpihak bagi kelestarian lingkungan hidup, tanggungjawab kita adalah mengingatkan mereka, dan itulah panggilan iman kita.
Doa : Tuhan, tolonglah kami untuk berjuang membela kehidupan alam. Amin.
Sumber : SHK Sinode GPM