BERBELAS KASIH KEPADA ORANG LEMAH

Sabtu, 28 November 2020

Amsal 19 : 17

Allah tidak pernah berhutang kepada kita, karena memang Dia adalah Allah yang memiliki segala sesuatu. Namun nas kita mengatakan bahwa : “Siapa menaruh belas kasihan kepada orang lemah, memiutangi Tuhan yang akan membalas perbuatannya” (ay.17). Allah bisa berhutang bukan karena kita meminjamkan sesuatu kepada Dia, tetapi karena perbuatan kita kepada orang lemah. Apakah itu? Ketika kita menaruh belas kasihan kepada orang lemah. Tuhan senang dengan orang yang perduli terhadap sesamanya. Dia menghargai perbuatan orang yang melakukan sesuatu terhadap orang lain, karena didorong belas kasihan. Belas kasihan menunjuk pada sikap yang turut merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Dan orang yang mendapatkan belas kasihan itu adalah orang yang lemah atau tersisihkan yaitu orang yang sering tidak memiliki jalan untuk mendapatkan pertolongan dari orang lain. Memberi didasari oleh belas kasihan merupakan sebuah cara untuk melayani Tuhan dan Dia akan memberi upah kepada orang yang berbuat demikian. Allah merasa berhutang kalau ada orang yang melakukan perbuatan baik bukan karena dia mampu tetapi karena didasari oleh sikap belas kasih. Sebab ada banyak orang mau menolong karena mereka mampu melakukannya atau karena tujuan-tujuan tertentu. Dan Allah tidak harus membalas perbuatan mereka, karena mereka sudah mendapatkan upahnya, yaitu kebanggaan diri sendiri dan pujian dari orang lain. Jadi, keperdulian kita pada sesama harus didasari oleh belas kasihan, dan Allah akan membalas perbuatan kita itu dengan berkat-berkat-Nya.

Doa: Ya Tuhan, ajarilah kami untuk berbelas kasih bagi orang lemah, Amin.

Sumber : Sinode GPM – SHK Bulan November 2020