Sabtu, 10 Oktober 2020
Kisah Para Rasul 1 : 12 – 14
Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh!” Begitulah bunyi peribahasa yang selalu mengingatkan kita untuk menjaga persatuan dan kesatuan, baik dalam kelompok kecil hingga berskala besar. Memang syarat utama untuk menjadi kuat dan teguh adalah bersatu, karena hanya dengan bersatu maka seluruh kekuatan dapat disatukan untuk mencapai tujuan. Itulah yang dilakukan oleh para Murid setelah Yesus tidak lagi berada bersama mereka. Mereka tetap menjaga persekutuan bersama dan melandasinya dengan doa yang tekun dalam satu hati. Kunci dari persatuan adalah terletak pada rasa kebersamaan dalam satu hati, satu pikiran dan satu tujuan. Bila ada yang menyimpang dari ketiga hal itu maka tak ada lagi kesatuan dan kebersamaan sebaliknya perpecahan yang terjadi. Para murid memberi suatu pelajaran tentang bagaimana membangun hidup dalam kebersamaan dan ketaatan kepada Tuhan sebagai satu keluarga Allah. Ini menjadi penting bagi kita persekutuan keluarga kristen, sebab, seringkali kebersamaan dapat juga digunakan untuk halhal yang negatif. Jadi untuk membangun keutuhan persekutuan keluarga Kristen, dibutuhkan kebersamaan dalam ketaatan. Itulah yang harus diutamakan oleh semua anggota keluarga. Bila dalam keluarga semua anggotanya taat, saling setia, maka otomatis akan berpengaruh bagi kehidupan keluarga tersebut, untuk menjaga dan merawat keutuhan persekutuannya, bahkan dapat berdampak baik bagi keluarga-keluarga yang lain. Sebaliknya jika dalam keluarga lebih sering terjadi percekcokan, pertengkaran, dan permusuhan karena ketidaktaatan dan kesetiaan, maka dapat dipastikan bahwa keluarga tersebut tidak akan merasakan kedamaian yang sempurna di dalam Yesus.
Doa: Tuhan Yesus, tolonglah keluargaku untuk membangun persekutuan dalam kebersamaan dan ketaatan, Amin.
Sumber : Sinode GPM – SHK Bulan Oktober 2020