KELUARGA MENJADI GEREJA YANG MENGHAMBA KEPADA ALLAH

Minggu, 06 September 2020

1 Petrus 5 : 1 – 11

Hari ini, bersama semua warga Gereja Protestan Maluku, kita bersyukur di usia 85 tahun gereja kita. Perjalanan panjang yang telah ditempuh, melewati berbagai persoalan dan tantangan bahkan ancaman, baik yang berasal dari luar persekutuan gereja maupun persoalan yang terjadi dalam kehidupan bergereja kita. Rasul Petrus menggambarkan persekutuan gereja sebagai “kawanan domba Allah”. Tuhan Yesus mengandaikan persekutuan jemaat sebagai domba-domba-Nya (Yoh.21:15-19; 1Pet.5:1) dan IA sendiri menyediakan diri-Nya menjadi Gembala domba (Yoh.10:1- 20). Dalam bacaan kita, tanggungjawab untuk menggembalakan “kawanan domba”, dalam arti jemaat Tuhan, dipercayakan Tuhan kepada para pelayan-Nya, antara lain Simon Petrus. Tanggungjawab itu harus dilaksanakan dengan rendah hati, penuh cinta kasih dan sukarela tanpa paksaan. Untuk menggembalakan kawanan domba Allah, para gembala harus berlaku seperti seorang hamba yang melayani, dan bukan sebagai “tuan” yang memerintah. Sebab ketika Sang Gembala Agung itu datang, setiap orang yang “menghamba” akan mendapat mahkota keselamatan dari Allah. Keluarga merupakan tempat pertama dan utama untuk melaksanakan tanggungjawab “menggembalakan kawanan domba Allah”, sebab anak-anak di dalam keluarga adalah “domba-domba Allah” yang harus digembalakan untuk mempelajari dan menghayati nilai-nilai kehidupan. Dengan demikian orang tua mempunyai tanggungjawab untuk menggembalakan, yaitu: mengajar, mendidik, membina, mengasuh dan mendewasakan anak-anak dalam iman kepada Tuhan Yesus. Orang tua hendaklah menjadi “gembala” yang rendah hati, yang mengasuh anakanaknya tanpa kekerasan namun dengan kelemah-lembutan, dan penuh kasih sayang. Masa depan gereja ini sangat ditentukan dengan pertumbuhan iman dan spiritualitas generasi baru gereja, yaitu anak-anak.

Doa: Terima kasih, Tuhan untuk penyertaan-Mu bagi Gereja kami, Amin.

Sumber : Sinode GPM – SHK Bulan September 2020