Sabtu, 08 Agustus 2020
1 Samuel 25 : 14 – 35
Tahun 1740, Suzanne Barbot, membuat suatu tulisan berjudul: “Beauty and the Beast” artinya “Si Cantik dan si Buruk Rupa”, yang mengisahkan tentang seorang perempuan cantik yang diserahkan kepada seorang laki-laki kaya namun buruk rupa. Meski tidak sama persis, namun kisah ini hampir menyerupai kisah Nabal dan Abigail. Bedanya adalah Nabal bukannya seorang yang buruk rupa, melainkan “buruk sifat”. Dalam bacaan kita, Nabal digambarkan sebagai seorang kaya yang angkuh, kasar, dan pelit. Akibat sifatnya itu, Nabal telah membuat Daud tersinggung dan ia tidak menyadari bahwa bahaya sedang datang menimpanya ketika Daud siap untuk menyerang perkemahannya. Sebaliknya sang isteri, Abigail digambarkan sebagai si cantik yang berhikmat, sehingga dengan hikmatnya, ia berhasil menyelamatkan Nabal dari ancaman pedang Daud, tetapi juga menyelamatkan Daud dari perbuatan pertumpahan darah. Dalam kehidupan sehari-hari, sering kita menemukan karakter Nabal dan Abigail itu. Kekayaan, harta dan kekuasaan memang dekat dengan kecantikan,namun tidaklah berguna bila tanpa hikmat dan kebijaksanaan. Peran Abigail memberi inspirasi tentang hikmat, kebijaksanaan dan cinta. Suatu pelajaran bagi kita agar tidak silau dengan kekayaan sehingga merendahkan orang lain, tapi juga tentang bagaimana membela kehidupan, terlebih khusus kehidupan keluarga. Satu hal yang sangat berharga, sehingga cerita “Si Cantik dan si Buruk Rupa” mendapat tempat di hati penggemarnya, adalah “Cinta”. Percayalah bahwa, ketika dengan kerendahan hati dan hikmatnya, Abigail berhadapan dengan Daud, itu karena cintanya untuk menyelamatkan keluarganya. Dengan cinta pula, Tuhan Yesus berkorban untuk menyelamatkan kita; dan semoga dengan cinta pula, anda dapat melakukan hal-hal yang baik bagi kehidupan.
Doa: Ya Tuhan, berilah hatiku penuh dengan hikmat, kebijaksanaan dan cinta, untuk menyelamatkan kehidupan. Amin.
Sumber : Sinode GPM – SHK Bulan Agustus 2020