Sabtu, 05 September 2020
1 Tawarikh 17 : 23 – 27
Harta yang paling berharga adalah keluarga, istana yang paling indah adalah keluarga….” adalah sebuah lirik lagu yang menjadi tema sebuah sinetron “Keluarga Cemara” yang menceriterakan kehidupan satu keluarga sederhana yang damai dan bahagia karena seisi keluarga mereka hidup dalam kasih sayang yang sejati. Hal ini berbeda dengan kehidupan keluarga raja Daud, dimana Daud sebagai pimpinan keluarga kedapatan tidak setia dan hidup dengan banyak isteri yang didapatkan dengan cara yang tidak terpuji. Sekalipun Allah mengampuni dosa Daud, namun penyesalan Daud tidak akan pernah cukup untuk menghapus semua akibat dari perbuatan dosanya yang telah membunuh Uria dan mengambil isterinya Batsyeba. Oleh sebab itulah, dalam kesadaran yang sungguh, Daud merendahkan dirinya dihadapan Tuhan Allah, memohon pengampunan-Nya serta mensyukuri semua yang telah Tuhan lakukan dalam hidupnya. “Siapakah aku ini, ya Tuhan Allah, dan siapakah keluargaku, sehingga Engkau membawa aku sampai sedemikian ini?” (ay.16.b). Perkataan ini adalah ungkapan hati raja Daud, mensyukuri semua perbuatan Tuhan dalam hidupnya. Daud bersyukur, karena Tuhan Allah mau mengampuni segala dosanya, dan memberkati keluarganya. Akhirnya Daud mengakui bahwa keluarga adalah harta yang paling berharga dan karena itulah ia bersyukur dan memohon berkat bagi keluarganya. Jika kita merenungkan semua yang Tuhan Allah lakukan dalam hidup kita, baik itu pengampunan-Nya, penebusan-Nya, pertolongan-Nya, penyertaan-Nya dan semua berkat-berkat yang diberikan-Nya kepada keluarga kita, maka hanya ada satu hal yang dapat kita katakan: “Terima kasih Tuhan, atas kasih setia-Mu yang telah menyertai perjalanan hidup keluarga kami”. Menjadi keluarga yang bersyukur hendaklah terwujud dalam seluruh aktifitas hidup kita, yang menjadi berkat bagi banyak orang.
Doa: Tuhan, ajarlah kami untuk tau berterima kasih, Amin
Sumber : Sinode GPM – SHK Bulan September 2020