Rabu, 28 Oktober 2020
2 Korintus 4 : 16 – 18
Secara sederhana ‘tawar hati’ diartikan sebagai kondisi: kurang bergairah, letih, lesu, lelah, jemu, dan putus asa. Tawar hati, merupakan kondisi yang seringkali dialami, terutama dimasa pandemi seperti sekarang ini, ketika banyak orang merasa kecewa dan putus asa karena kehilangan pekerjaan, pemotongan gaji, pengeluaran yang semakin meningkat, sementara pendapatan berkurang. Rasul Paulus pun mengalami hal ini, penderitaan yang di alami, beban hidup yang ditanggung, sempat membuat Paulus seperti telah “kalah” dan mengakui, bahwa itu semua membuat dia putus asa atas hidupnya. Namun demikian, hal itu tidak membuat dia larut dalam keputusasaan dan berhenti untuk melayani Tuhan. Persoalan itu memang terasa berat, tubuh lahiriahnya semakin lemah, tapi tidak menyurutkan semangat Paulus untuk terus berharap pada kemurahan Tuhan. Roh Kudus senantiasa menuntun Paulus untuk tidak tawar hati, apalagi putus asa dan hilang harapan. Paulus percaya bahwa Tuhan Yesus mempunyai rencana yang indah dengan hidupnya dan ia selalu ingin hidupnya dibarui sehingga ia dapat melakukan pekerjaan yang berkenan dihadapan Allah. Bagaimana sikap kita sebagai orang percaya ditengah berbagai tantangan kehidupan saat ini? Apakah kita akan ‘tawar hati’ atau hilang harapan dan putus asa? Belajarlah dari sikap iman rasul Paulus, yang tidak pernah tawar hati, sekalipun menghadapi maut. Percayalah bahwa Tuhan Yesus akan segera bertindak untuk memberikan pertolongan. Serahkanlah hidupmu untuk dipimpin oleh Roh Kudus, yang akan selalu membarui hidup kita untuk tetap setia bergantung dan berharap pada Yesus. Ketika seisi rumah tangga kita benar-benar berserah pada tuntunan-Nya, ketika kita benar-benar meminta pimpinan Roh Kudus-Nya, maka IA akan memimpin, menguatkan dan menyelamatkan hidup kita.
Doa:Ya Tuhan, baruilah hati kami untuk melakukan kehendak-Mu, Amin.
Sumber : Sinode GPM – SHK Bulan Oktober 2020