MENGASIHI SAUDARA, WUJUD KASIH KEPADA ALLAH

Jumat, 02 Oktober 2020

Yosua 22 : 1 – 6

Mayang pinang mayang kelapa, timbang cengkeh di Saparua. Orang bilang ade deng kaka, sagu salempeng pata bage dua” Pantun ini menceriterakan hidup orang bersaudara yang saling mengasihi. Hal ini terlihat dalam bacaan kita, ketika umat Israel, tiba di tanah Kanaan. Pembagian wilayah oleh Musa telah menempatkan suku Gad, Ruben dan Manasye, di sebelah timur sungai Yordan, namun mereka berkomitmen untuk tetap setia membantu saudara-saudara mereka dari suku-suku yang lain untuk merebut Tanah Kanaan di sebelah barat sungai Yordan. Yosua sangat menghargai kesetiaan mereka yang tetap merawat hubungan persaudaraan untuk saling menopang dalam melaksanakan perintah Tuhan yang disampaikan oleh Musa. Sebelum mereka kembali pulang ke perkemahan atau tanah milik mereka, Yosua melepaskan mereka dengan janji dan harapan agar mereka tetap setia kepada Allah dan melakukan semua perintah dan hukum-Nya, termasuk mengasihi saudara – saudara mereka. Dalam pesan perpisahan itu, Yosua berpesan kepada orang-orang dari suku Ruben, Gad, dan Manasye: “..lakukanlah dengan sangat setia perintah dan hukum yang diperintahkan kepadamu oleh Musa hamba Tuhan itu, yakni mengasihi Tuhan Allahmu, hidup menurut segala jalan yang ditunjukkan-Nya, tetap mengikuti perintah-Nya, berpaut pada-Nya dan berbakti kepadaNya dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu” (ay.5). Mereka pun dilimpahi banyak berkat dengan harapan akan dibagibagikan kepada saudara-saudara mereka. Kesetiaan seperti itu sepatutnya menginspirasi kehidupan keluarga-keluarga Kristen, ketika menghadapi berbagai persoalan. Jika salah seorang atau satu keluarga mengalami musibah, mereka sangat membutuhkan bantuan dari yang lain. Hidup dengan mengasihi sesama, hidup yang saling membantu, saling menopang, saling mendoakan merupakan wujud dari kesetiaan kita kepada Allah.

Doa: Tuhan, tolonglah kami untuk saling mengasihi, Amin.

Sumber : Sinode GPM – SHK Bulan Oktober 2020