Jumat, 31 Juli 2020
2 Raja-Raja 6 : 24 – 31
Di dalam setiap bencana, seperti bencana alam, bencana perang dan bencana kelaparan, hampir dipastikan anak-anak selalu menjadi korban. Seperti yang terjadi di Korea Utara, seorang ayah yang kelaparan diberitakan telah dieksekusi karena membunuh kedua anaknya untuk dimakan. Karena kebijakan tertutup yang dianut negara komunis ini, kelaparan tersembunyi terjadi di provinsi pertanian di Hwanghae Utara dan Selatan yang menewaskan hingga 10.000 orang. Hal itu memicu kekhawatiran bangkitnya kembali kanibalisme di negara komunis tersebut. Bacaan kita menggambarkan bahwa Aram mengepung Israel, dan memutus suplai makanan, dan mengakibatkan kelaparan. Dan terjadilah peristiwa itu, ketika perempuan – perempuan memakan anaknya sendiri. Raja Israel frustasi menghadapi hal itu dan ia berkata kepada Elisa, malapeta seperti ini atas Israel, mengapa aku berharap kepada Tuhan lagi. Elisa meyakinkan Israel untuk bertahan, namun mereka tak mampu, dan iman mereka rontok. Jelas ini menunjukkan ketidakmampuan raja untuk setia beriman kepada Tuhan, dan akibatnya adalah keterpurukan sebagai hukuman dari ketidakpercayaan. Sementara soal “memakan anak” di kelaparan, menjadi gambaran penghukuman Tuhan. Bahwa Tuhan tidak membolehkan memakan anak-anak apapun kondisinya. Para ibu mengambil jalan pintas melewati kesukaran, dan menjadikan anak mereka sebagai korban. Melalui peristiwa ini, setiap orangtua diingatkan agar jangan pernah mengorbankan anak – anak, apapun yang dihadapi. Anak-anak harus selalu dilindungi, dicintai, dipelihara, dididik, dibina dengan penuh cinta dan kasih sayang, sebab anak-anak adalah milik pusaka Allah. Tuhan Allah akan bertindak untuk melindungi mereka ketika mereka tidak mendapat perlindungan dari orangtua dan orang dewasa lainnya. Karena itu sayangilah anak – anakmu.
Doa: Ya Tuhan, tolong kami mengasihi dan melindungi anak-anak kami, Amin
Sumber : Sinode GPM – SHK Bulan Juli 2020