Kamis, 10 September 2020
Kisah Para Rasul 20 : 17 – 21
Raja Panggalamei menjadi geram dan menyimpulkan bahwa Munson dan Lyman adalah musuh dan dibawanyalah kedua orang tersebut ke pasar. Tiba di pasar, masyarakat telah mengelilingi kedua orang itu. Mereka berdua tahu bahwa nyawa mereka terancam, maka berdoalah mereka menyerahkan hidup kepada Tuhan. Belum sempat menutup doa, Munson dan Lyman sudah ditusuk dari belakang”. Demikianlah sekelumit kisah Samuel Munson dan Henry Lyman, dua orang pekabar Injil Baptis asal Amerika yang menjadi martir di tanah Batak. Sejarah mencatat bahwa mereka terbunuh hanya karena salah paham akibat keterbatasan bahasa dalam berkomunikasi. Meski nyawa taruhannya, namun apa yang terjadi pada mereka berdua telah menjadi cikal bakal bertumbuhnya Injil di tanah Batak. Di atas batu peringatan martir mereka, tertulis sebaris kalimat yang berbunyi,” Darah martir adalah benih Injil Kristus”. Saudaraku, itulah risiko yang diambil oleh para pekabar Injil. Sejak gereja mula-mula, pekabaran Injil telah dihiasi dengan nyawa para martir. Sebut saja para rasul, murid-murid Yesus, termasuk juga Rasul Paulus. Bukan hanya nyawa taruhannya, tetapi juga hidup dan kerja mereka yang membutuhkan pengorbanan yang tidak sedikit. Pilihan mereka tentu bukanlah pilihan yang enak, namun jika mereka memilih jalan yang penuh risiko, itu karena mereka ingin menjadi hamba Kristus yang setia. Saudaraku, hidup ini memang penuh dengan risiko. Suka atau tidak suka, tetap saja ada pilihan yang mengandung risiko. Hari ini, kita belajar dari sikap para rasul dan misionaris yang memilih jalan penuh risiko demi cintanya pada Tuhan. Hidup kita sebagai orang percaya adalah pilihan iman yang penuh risiko, namun apapun yang kita hadapi lakukanlah dengan penuh penyerahan diri kepada Tuhan, jadilah hamba yang setia dengan tetap melakukan kehendak Tuhan.
Doa:Ya Tuhan, tuntunlah kami melewati jalan yang sulit dan penuh resiko, Amin
Sumber : Sinode GPM – SHK Bulan September 2020