Sabtu, 21 November 2020
Amsal 18 : 12
Secara umum, rendah hati berarti sikap bijak seseorang yang menempatkan dirinya lebih rendah dari yang lain. Ia tidak merasa dirinya lebih penting, lebih tinggi, lebih super, lebih benar dari orang lain, tetapi sebaliknya ia mau mendengar pendapat, saran bahkan kritik dari orang lain. Sikap ini sangat bertolak belakang dengan tinggi hati, atau angkuh dan sombong yang cendrung merasa diri lebih baik, lebih benar bahkan lebih super dari yang lain. Amsal 18:12 mengatakan bahwa: “Tinggi hati mendahului kehancuran, tetapi rendah hati mendahului kehormatan”. Disini, pengamsal ingin mengingatkan para pembaca bahwa orang yang tinggi hati akan menghadapi kehancuran, tetapi orang yang rendah hati akan dihormati. Orang yang rendah hati akan selalu menyadari bahwa apa yang ada padanya, baik kekuatan, kesuksesan, dan berkat, semuanya berasal dari Allah, dianugerahkan oleh Allah, sehingga tidak ada alasan baginya untuk memegahkan diri. Orang yang rendah hati tidak akan malu untuk mengakui kesalahannya, kelemahannya bahkan bersedia untuk ditegur, dikritisi dan dinasehati jika dia melakukan kesalahan. Berbeda dengan orang yang tinggi hati, yang selalu merasa lebih baik dan lebih benar dan tidak mau ditegur oleh siapapun, termasuk oleh Tuhan. Hidup dalam kerendahan hati menampakkan kedewasaan iman seseorang, yang dapat mengendalikan dirinya untuk setia melakukan kebaikan dan kebenaran bagi banyak orang. Orang yang rendah hati adalah orang yang selalu setia dalam perkara yang kecil sekalipun dan ia percaya bahwa melalui perkara yang kecil, Tuhan sementara mempersiapkannya untuk perkara yang lebih besar. Bagaimana dengan kita sebagai keluarga-keluarga Kristen? Bersediakah kita menjadi orang yang rendah hati? Berserahlah kepada Yesus dan jadilah rendah hati.
Doa: Tuhan, jadikanlah kami orang yang rendah hati, Amin.
Sumber : Sinode GPM – SHK Bulan November 2020