Rabu, 08 Juli 2020
Kejadian 45 : 21 – 28
Perbuatan baik manusia terhadap sesama manusia dan ciptaan lain didasarkan pada keyakinan atau iman. Keyakinan atau iman itu lahir dari pengalaman hidup orang percaya. Pengalaman yang dihayati dalam hubungan dengan Allah dan kehendak-Nya di dalam kenyataan hidup manusia. Demikianlah penghayatan iman Yusuf anak Yakub. Pengalaman hidupnya yang pahit karena perlakuan saudara-saudaranya yang membenci dan menjual dia, tidak dijadikannya sebagai dasar untuk membalas kejahatan dengan kejahatan. Dia pahami dan hayati sungguh bahwa sekalipun dia dibenci dan disingkirkan oleh saudara-saudaranya, tetapi Allah tetap mengasihi dan memelihara dia. Bahkan ketika dia diberi kesempatan oleh Firaun, penguasa Mesir, untuk menjadi Mangku Bumi, dia pahami dan hayati sebagai pemberian Allah demi kehidupan banyak orang, termasuk saudara-saudaranya. Oleh karena itu, ketika saudara-saudaranya dari negeri mereka, Israel pergi untuk membeli makanan di Mesir, dia memperlakukan mereka dengan baik. Dia percaya bahwa demi memelihara kehidupan, maka Allah menyuruh dia ke Mesir mendahului saudara-saudaranya. Di sini Yusuf meyakini bahwa sekalipun saudara-saudaranya berbuat jahat kepadanya, tetapi Allah sanggup mengubah yang jahat menjadi kebaikan. Keyakinan ini yang membuat dia berbuat baik kepada saudara-saudaranya. Cerita Yusuf mau mengajarkan kepada kita sebagai orang-orang percaya untuk berbuat baik kepada siapa saja. Khususnya di tengah tantangan wabah virus corona yang membuat banyak orang yang mengalami kekurangan makanan. Dalam situasi yang demikian, kita terpanggil untuk saling membantu, tanpa melihat siapa dia dan apa latarbelakang hidupnya. Kita terpanggil sebagai persekutuan yang saling menghidupi dalam keluarga, gereja dan masyarakat.
Doa : Ya Tuhan, jadikanlah kami alat berkat-Mu yang menghidupkan sesama manusia dan ciptaan lain. Amin.
Sumber : Sinode GPM – SHK Bulan Juli 2020