Senin, 10 Agustus 2020
Filemon 1 : 23 – 25
Hidup didalam kasih dan pengampunan, sepatutnya menjadi cara hidup kristiani untuk saling melengkapi didalam kekurangan dan kelemahan. Hal ini tergambar didalam surat rasul Paulus kepada Filemon sewaktu ia berada di penjara. Surat Filemon adalah surat permohonan ampun dari rasul Paulus kepada Filemon atas kesalahan Onesimus, seorang budak yang melarikan diri dari tuannya Filemon. Dalam pelariannya Onesimus berjumpa dengan Paulus di dalam penjara dan melalui pelayanan Paulus akhirnya kehidupan Onesimus berubah mejadi lebih baik, sehingga Paulus menyebutnya sebagai anak. Walaupun demikian Paulus tetap menyuruh Onesimus untuk kembali pulang kepada Filemon, tuannya. Menurut hukum Romawi saat itu, seorang budak yang melarikan diri akan dihukum mati, oleh sebab itu rasul Paulus memandang perlu adanya upaya rekonsiliasi agar Filemon dapat mengampuni dan menerima kembali Onesimus. Dalam suratnya, Paulus meminta dengan sangat, agar Filemon dapat mengampuni dan menerima kembali Onesimus bukan sebagai seorang hamba tetapi sebagai saudara yang kekasih (ay.16). Hal ini menjadi penting untuk menegaskan sikap iman Kristen yang memiliki integritas yang kuat, baik bagi Onesimus yang mau bertobat dan kembali kepada tuannya, maupun bagi Filemon yang bersedia untuk mengampuni dan menerima kembali Onesimus dengan penuh kasih sayang. Paulus mengakhiri suratnya dengan salam dan doa bagi masa depan Filemon. Sikap iman seperti ini hendaklah terus dikembangkan dalam membangun relasi kehidupan ditengah keluarga maupun diantara sesama yang lain. Hindarilah sikap hidup yang saling membenci dan mendendam atau tidak mau mengakui kesalahan. Hiduplah didalam kasih dan pengampunan.
Doa: Tuhan, ajarlah kami untuk saling mengampuni demi pertumbuhan Bersama. Amin
Sumber : Sinode GPM – SHK Bulan Agustus 2020