Sabtu, 11 Juli 2020
Kisah Para Rasul 9 : 36 – 43
Ada peribahasa usang yang berbunyi “harimau mati meninggalkan belangnya, gajah mati meninggalkan gadingnya dan manusia mati meninggalkan budi baiknya”. Rasanya peribahasa ini tetap relevan sepanjang masa. Bahwa seseorang yang semasa hidupnya selalu melakukan kebajikan maka ketika ia meninggal orang lain merasa kehilangan yang dalam serta budi baiknya tetap dikenang. Tabita adalah salah satu contohnya. Tabita (Dorkas) dikenal sebagai seorang yang sangat baik hati. Dengan tulus ikhlas Tabita banyak sekali berbuat baik dan memberi sedekah kepada mereka yang berkekurangan. Kehidupan Tabita benar-benar menjadi berkat bagi banyak orang, terutama kaum miskin. Ketika dia sakit dan meninggal, orang-orang merasa sangat kehilangan dan menangisi kepergiannya. Mereka pun mendesak Petrus agar berdoa bagi Tabita, dan mujizat pun terjadi, Tabita pun hidup kembali. Peristiwa mujizat yang spektakuler ini mungkin secara fisik tidak pernah terjadi lagi, namun secara spiritual terus terjadi hingga saat ini. Betapa banyak orang-orang baik yang telah menjadikan hidup mereka menjadi berkat bagi orang lain dan budi baik mereka terus dikenang dan bahkan menjadi kisah-kisah inspiratif bagi orang lain dari satu generasi ke generasi berikutnya. Secara fisik mereka telah meninggal namun perbuatan-perbuatan kebajikan yang telah mereka lakukan tetap hidup dalam komunitas mereka sepanjang masa. Setiap umat Tuhan sudah tentu memahami bahwa dengan beriman kepada Kristus maka hidupnya bukan lagi untuk dirinya melainkan bagi Tuhan dan sesama. Alangkah indahnya jika kita dalam menjalani hidup beriman di dunia ini dapat menjadikan kebajikan sebagai bagian dari karakter beriman kita sehingga semangat saling menghidupkan diantara sesama kita benar-benar mewarnai iman dan perbuatan kita bagi kemuliaan Tuhan. Amin
Doa : Ya Tuhan, bentuklah hidup keluarga kami untuk menghidupi sesama, Amin.
Sumber : Sinode GPM – SHK Bulan Juli 2020