Rabu, 12 Agustus 2020
Filemon 1 : 4 – 7
Rasa syukur yang dirasakan oleh rasul Paulus bukan karena keberhasilan atau kesuksesannya, sebab saat itu dia sementara dipenjarakan. Tetapi rasa syukur itu muncul ketika Paulus mengingat para sahabat dan rekan sekerjanya di dalam Kristus, yang telah berjerih lelah melayani jemaat dan bertekun didalam iman, bahkan rela menderita demi Injil Yesus Kristus. Jadi walaupun Paulus menderita di penjara tetapi ia dikuatkan oleh persahabatan dan persaudaraan abadi yang melampaui batas suku, etnis, bahasa dan budaya, salah satunya adalah Filemon, seorang kaya yang percaya kepada Yesus dan sangat membantu Paulus dalam pelayanannya, bahkan menyediakan rumahnya sebagai tempat pertemuan ibadah bagi jemaat. Paulus merasa dikuatkan untuk menjalani kehidupannya di penjara, ketika ia mengingat sahabat yang adalah rekan pelayan dan sudah dianggap sebagai saudaranya, oleh sebab itulah ia bersyukur kepada Allah. Memang persahabatan yang baik teristimewa sebagai kawan sekerja Allah, dapat memberi hal positif untuk saling menguatkan ketika menghadapi persoalan. Hal ini dapat menjadi pelajaran bagi kita dalam menjalani tanggungjawab kerja maupun pelayanan. Jika dalam kehidupan keluarga, ada salah seorang anggota keluarga yang mengalami persoalan, maka yang dibutuhkan adalah dukungan semua anggota keluarga. Rasa persaudaraan itu ibarat potong di kuku rasa di daging, susah deng senang sama-sama rasa. Siapapun diantara kita, jika mendapat dukungan dari saudara, teman, sahabat, pasti akan hidup dalam rasa syukur menimmati hidup yang aman dan damai. Oleh sebab itu rawatlah persahabatan dan persaudaraan yang baik, dimanapun kita berada dan dengan siapapun kita bekerja dan melayani, Tuhan Yesus memberkati.
Doa: Tuhan, tolonglah kami untuk merawat persahabatan dan persaudaraan dalam hidup kami. Amin.
Sumber : Sinode GPM – SHK Bulan Agustus 2020