RASA EMPATI DALAM BERSEKUTU

Rabu, 07 Oktober 2020

Kisah Para Rasul 15: 30 – 34

Dengan penjelasan Yudas dan Silas, jemaat dikuatkan, dihiburkan, dan bersukacita. Silas merespons dengan memilih tetap tinggal di Antiokhia untuk mendampingi jemaat. Kata ″hibur″ berarti membuat hati senang, juga memberi gambaran tentang upaya memberi semangat atau dukungan. Siapa di antara kita yang tak pernah bersusah hati sampai taraf butuh dihibur orang lain? Semakmur dan sehebat apapun kita, pasti kita pernah bersusah hati sehingga butuh penghiburan orang lain. Biasanya penghiburan itu tepat sasaran ke hati kita kalau orang itu sendiri pernah mengalami hal yang saat ini kita alami. Ia tahu persis mengapa kita sedih dan bisa memberikan solusi yang sangat tepat. Yudas dan Silas mencoba memahami pergumulan yang dirasakan oleh jemaat Antiokhia sehingga mereka dapat melakukan yang terbaik untuk jemaat tersebut. Ketika kita berhadapan dengan sesama kita yang ada dalam pergumulan berat, biasanya ada yang bersikap acuh tak acuh, tetapi ada juga yang berusaha menenangkan dan menghibur serta menolong mereka. Di masa pandemi ini, semua orang punya persoalan dan kesulitan masing-masing, tetapi itu bukan menjadi alasan untuk kita acuh dan menutup mata terhadap kesusahan orang lain. Makna bersekutu itu nyata ketika kita saling peduli dengan empati, yaitu turut berbela rasa dan berupaya untuk memberi pertolongan, bukan peduli yang hanya sekedar simpati. Bersekutu dengan rasa empati artinya kita ikut merasakan, sehati dan sepenanggungan dalam keadaan suka maupun duka bersama. Kiranya oleh kuasa Roh Kudus, kita dimampukan untuk bersekutu dengan rasa empati yang menghiburkan dan menolong sesama yang membutuhkan.

Doa:Ya Tuhan, Berilah rasa empati untuk menghibur dan menolong sesama yang membutuhkan, Amin.

Sumber : Sinode GPM – SHK Bulan Oktober 2020