Kamis, 03 Desember 2020
1 Timotius 5 : 1 – 2
Dalam suatu persekutuan, baik persekutuan keluarga maupun persekutuan lain yang lebih besar, dibutuhkan kesediaan untuk saling menegor satu dengan yang lain. Hal ini sangat penting untuk saling melengkapi, mengingat semua orang punya kekurangan dan kelebihan. Namun semua itu harus dilakukan dengan santun penuh kasih dan hormat, apalagi yang ditegor adalah orang yang lebih tua. Jika tegoran yang disampaikan dengan cara yang keras dan menyinggung, maka pasti akan menimbulkan masalah lain, seperti: salah paham, marah, benci, sakit hati dan akhirnya akan merusak kehidupan persekutuan itu. Dalam suratnya kepada Timotius, rasul Paulus juga mengingatkan tentang bagaimana menegor orang yang lebih tua dan orang yang lebih muda. Rasul Paulus katakan, tegorlah laki-laki yang lebih tua sebagai bapa, dan perempuan tua sebagai ibu. Sedangkan untuk laki-laki dan perempuan muda, tegorlah mereka sebagai sudara. Tegoran yang dilakukan dengan penuh kasih akan berdampak pada bertumbuhnya rasa hormat, penghargaan dan perubahan hidup. Rasul Paulus sangat mengutamakan relasi kekeluargaan yang akan menjadi perekat bagi satu petrsekutuan, sebab saling menegor sebagai orangtua dan anak atau adik dan kakak, sangat berbeda dengan saling menegor sebagai musuh, apalagi jika disertai dengan benci dan dendam. Dalam kehidupan rumah tangga Kristen, seringkali suami dan isteri tidak mampu mengelola emosi mereka untuk saling menegor, ketika ada yang berbuat salah. Padahal dalam nasehat pernikahan, dikatakan: “Jika karena kelemahannya suami/isteri melakukan kesalahan, tegorlah dia didalam cinta kasihmu…”. Karena itu, hendaklah masing-masing orang berupaya untuk saling menegor dengan penuh cinta kasih.
Doa: Tuhan, ajarlah kami untuk saling menegor dengan penuh kasih. Amin.
Sumber : Sinode GPM – SHK Bulan Desember 2020